Pak Rusdi Kirana Jadi Kartu AS Untuk PKB

Memasuki tahun politik di 2014, mesin-mesin politik terus dipanaskan. Tiap partai politik terus mencoba mendongkrak popularitas partai. Namun mesin politik butuh dana yang tidak sedikit. Beberapa partai coba merangkul beberapa pengusaha top untuk menjadi kader, tidak sebatas sebagai penggembira, para pesohor bisnis tersebut diberi jabatan strategis.

Salah satunya adalah Rusdi Kirana. Mengejutkan Rusdi Kirana memilih bergabung ke dalam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar. Padahal sebelumnya Rusdi Kirana nyaris bertarung di konvensi partai Demokrat. Pesona cak Imin terus meroket, setelah mengajak raja Dangdut Rhoma Irama, kini Cak Imin sukses mengajak raja dirgantara. Di industri dirgantara, nama Rusdi Kirana sangat sensasional. Maskapi penerbangan yang punya semboyan “we make people fly” selama dipiloti Rusdi mampu merajai sebagain besar rute terbang di nusantara. Kini mampu kah Rusdi membawa PKB terbang tinggi seperti Lion Air??

Alasan bos Lion Air memilih PKB tiada lain karena pesona Gus Dur. Bagi Rusdi Gus Dur adalah tokoh pluralisme yang menghidupkan semangat kebangsaan orang-orang minoritas di negeri ini. Rusdi melihat semangat Gus Dur tetap membumi didalam partai PKB. “Kenapa PKB? Punya arti khusus bagi saya. Wadah politik NU di bawah Gus Dur dibawa berkuasa. Gus Dur punya visi yang dalam, tokoh strategis, bapak reformasi paling utama. Gus Dur membuat saya anak keturunan Cina merasa diakui, saya tidak berhak mewakili etnis saya, Gus Dur dan NU-lah yang mengangkat martabat kami,” kata Rusdi dalam konferensi pers di Kantor DPP PKB di Jl Raden Saleh No 9, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2014-newsdetik.com).

Pada pemerintahan Gus Dur (1999-2001) etnis Tionghoa mendapat perlakuan khusus, tahun baru Imlek misalnya dijadikan hari libur nasional, memberikan kebebasan budaya dan tradisi serta kepercayaan bagi masyarakat Tionghoa. Atas sumbangsih Gus Dur, pada 10 Maret 2004, kelompok keturunan Tionghoa di Semarang, klenteng Tay Kek Sie mengangkat dan menahbiskan mantan presiden RI tersebut sebagai “Bapak Tionghoa Indonesia”.

Dan sebuah jabatan strategis pun di berikan yaitu sebagai Wakil Ketua Umum PKB. Lalu apa tugas waketum PKB, “Tugas Waketum pertama, menjalin komunikasi dengan semua pihak eksternal kemudian merapikan manajemen internal supaya lebih profesional lagi. Saya sebagai menteri mendekati pemilu tentu tidak terlalu bisa banyak waktu. Sebagai waketum supaya bisa menggantikan,” ujar Muhaimin di Kantor DPP PKB, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (12/01-Merdeka.com)

Pertanyaan selanjutnya, mampu kah Rusdi memimpin PKB yang dikenal punya kultur santri yang kental. Mengingat Rusdi bukan dari kalangan kaum sarungan. Di PKB petuah para kyai sepuh masih sangat kuat. Pengaruh kyai Langitan masih mengakar kuat, disini peran Rusdi kirana untuk membawa para kyai langitan terbang menembus langit, membawa PKB lebih profesional dan menjadi partai besar.

Memimpin partai tentu beda dengan menjadi CEO di perusahaan. Di perusahaan indikatornya jelas bernama profit, biaya di efisiensi dan penjualan di naikkan. Sedangkan di partai biaya mesti diperbesar dan massa bisa ditarik masuk. Kesamaannya adalah keduanya digerakkan oleh mesin bernama uang.

Masuknya Rusdi di PKB, menambah satu lagi konglomerat yang terjun di partai politik. Setidaknya akan mengubah peta politik di 2014. Apalagi jika judicial review Yusril Ihza Mahendra ke MK yang meminta pemilihan legislatif dan presiden dilakukan bersamaan sesuai amanat UUD 1945. Maka partai-partai yang berstatus gurem seperti PKB punya potensi menjadi besar.

Sejawat Rusdi yang terlebih dahulu cemplung di bisnis politik seperti Aburizal Bakrie di Golkar, Murdaya Poo di Demokrat, Hary Tanoe di Hanura, Enggartiasto Lukito di Nasdem, Hashim Djojohadikusumo di Gerindra dan lain-lain, mereka punya pundi-pundi rupiah untuk bersaing di 2014. PKB tentu berharap  Rusdi Kirana mampu membesarkan partai seperti pemilu 1999. Setelah sukses di udara sebagai CEO, apakah Rusdi bisa sukses di darat bersama PKB. Pemilu 2014 nanti menjawab semuanya dan di politik semua bisa terjadi.